Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup
menampar hatinya Zaenal… Dari dulu sudah haji… Dari sebelumnya bangun masjid
ini… Anak muda ini kemudian menambahkan,
“Beliau itu orang hebat Pak!. Orang
yang Tawadhu’. "Sebenarnya saya lah yang marbot asli masjid ini pak!. Saya
karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini!. Di atas tanah wakafnya
sendiri. Beliau bangun sendiri masjid ini, sebagai masjid transit mereka yang
mau shalat. Bapak lihat toko material di sebelah masjid ini… Itu toko nya
beliau.
Tapi beliau lebih suka menghabiskan
waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh...pak! Yaitu senangnya
menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji
dan adzan saja…”.
Sahabat...! Seandainya Ahmad itu
adalah kita, begitu ketemu kawan lama yang sedang melihat kita lagi
membersihkan toilet, segera kita beritahu posisi kita siapa yang
sebenarnya.
Dan jika kemudian kawan lama kita ini
sampai menyangka bahwa kita marbot masjid beneran, maka kita akan segera
menyangkal dan kemudian menjelaskan secara detail begini... dan begitu....
Sehingga tahulah kawan kita itu, bahwa
kita inilah pewakaf dan yang membangun masjid ini. Tapi kita bukanlah Haji
Ahmad. Dan Haji Ahmad bukanlah kita. Ia selamat dari kerusakan amal, sebab ia
"cool" saja, tenang saja... adem...
Haji Ahmad merasa tidak perlu
menjelaskan apa-apa mengenai diri dan keadaannya. Dan sesungguhnya Allah lah
yang memberitahu siapa dia sebenarnya. Subhaanallah... Allahu Akbar...